SENI REYOG PONOROGO part 3

         Telah diulas pada postingan sebelumnya mengenai Reyog Obyog dan Reyog Festival. Pada kesempatan kali ini akan mencoba menguraikan tentang penggunaan bahasa dalam Reyog Festival. Namun sebelum itu mari kita simak sedikit tentang Festival Reyog Nasional. Festival Reyog Nasional selanjutnya lebih akrab dengan sapaan FRN merupakan
perhelatan tahunan yang digelar setiap bulan Syuro / Sura/ Muharam. FRN sendiri sebenarnya merupakan  bagian dari serangkaian rentetan kegiatan peringatan atau perayaan datangnya tahun hijriah yang baru. Peringatan suka cita karena telah datangnya tahun hijriah baru tersebut oleh Kabupaten Ponorogo diperingati dengan berbagai acara diantaranya ada kirab pusaka, larungan doa di telaga ngebel, FESTIVAL REYOG NASIONAL dan beberapa lomba serta pementasan wayang kulit dan juga pementasan musik. FRN sampai pada tahun 2013 telah menginjak usia yang ke- XIX. FRN diikuti oleh beberapa grup REYOG PONOROGO dari berbagai daerah bahkan tidak hanya berasal dari pulau Jawa saja namun juga sampai berasal dari luar pulau Jawa.
       Dalam FRN keharmonisan antara gerak tari, iringan musik, penggunaan bahasa / syair lagu, kostum serta pola lantai merupakan suatu penilaian yang komplek yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. berikut adalah maksud dari penggunaan bahasa atau lirik lagu atau syair tersebut.
Dalam reyog festival banyak ditemukan ungkapan pendadaran kawiwitan. Namun seiring dengan perkembangan daya kratifitas para seniman ungkapan tersebut berkembang menjadi sebuah lagu maupun hanya berupa kalimat saja. Sebagai salah satu contoh perkembangan ungkapan tersebut adalah

Para siswaku hayo aja padha pamer karosan,
luwih becik padha gegladhen yuda ya le,
mula pandadaaran kang pungkasan gek ndang diwiwiti lan gek ndang mapan dhisik,
pandadaran kawiwitan.

salah satu contoh lainnya ungkapa tersebut dapat berupa

Heh thole rungakno ya le
ing dina respati iki,
kowe diteter supaya bisa dadi warok kang sejati
mula pandadaran kang pungkasan kudu gek ndang diwiwiti
pandadaran kawiwitan

kedua contoh tersebut menunjukan bahwa penggunaan bahasa atau penciptaan lirik lagu yang digunakan untuk mendukung suasana pementasan Seni Reyog Ponorogo dalam acara FRN tidak terikat oleh suatu aturan yang baku, semakin kratif dan semakin harmonis dalam bulatan busana penampilan yang menarik dan apik tanpa menyimpang jauh dari ruh seni Reyog Ponorogo maka grup tersebutlah yang kemungkinan besar dapat menyabet juara umum dalam agenda bergengsi FESTIVAL REYOG NASIONAL.

Selain kata-kata tersebut di atas bila kita cermati dan berdasarkan penelitian yang telah ada, penggunaan bahasa/ lirik lagu/ vokal dalam Reyog Festival tersebut disampaikan dengan berbagai macam cara. Namun, pada dasarnya bila dilihat berdasarkan cara penyampaian hanya dapat dikelompokan ke dalam 2 bentuk yaitu meliputi bentuk vokal yang dilagukan sesuai not, dan bentuk vokal yang diucapkan begitu saja sesuai dengan karakter tokoh yang diperankan. akan diulas lebih jauh lagi staytune in indomampir.blogspot.com
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © INDOMAMPIR2